
INSPIRADATA. Ada yang hilang usai shalat subuh tadi di Masjid Nabawi. Tiada lagi keriuhan para pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya kepada jamaah yang baru dari mesjid.
Tak seperti biasanya, seolah kehilangan saja. Para pedagang “kaki lima” di serambi Masjid Nabawi, Madinah tak ada. Di sana mereka menjajakan aneka barang dagangan, mulai dari baju ghamis, jam tangan, turban, baju panjang, hingga siwak dan alat pemotong kuku, berserakan di permukaan jalan mengular ke semua penjuru sekitar Masjid. .
Ketika itu, Ilham coba melirik ke pojok- pojok jalan, tetapi tidak ada ‘penampakan’ mereka.
“Yang ada hanya para petugas tramtib dan mobil polisi menyebar di mana-mana. Padahal keriuhan para pedagang kaki lima sekitar masjid sudah menjadi “iconik” di masjid Rasul ini. Dan, saya pun merasa ada hal yang terasa hilang,” katanya Selasa (28/03/2017) Madinah dini hari.
BACA JUGA
Siapa Gubernur Pertama Mekkah dan Madinah?
Sejarah Masjid Nabawi ‘Kubah Hijau’ Madinah
Memang benar adanya, para pedagang itu penting adanya, di samping sebagai ikonik Masjid Nabawi, tapi hal tersebut juga “bicara” soal harga.
“Ini bukan hanya karena barang jualan mereka murah-murah karena harganya memang jauh dari harga di toko-toko resmi yang juga berderat di sekitar Masjid Nabawi.” Kata Ilham.
Sama-sama sebagai pencari nafkah, hal keriuhan para pedagang di sana bisa direflesikan sebagai semangat juang mempertahankan hidup.
“Namun, saya merasa melalui mereka semua orang bisa bercermin karena di situ ada refleksi semangat juang yang melelehkan keringat orang-orang kecil yang berebut hidup setiap hari itu.” Pungkas Ilham.
Disitat dari Jurnal Haji, Republika ‘Ketika Masjid Nabawi Kehilangan Pedagang Jalanan’ tulisan Ilham Bintang, Anggota dewan pers dan pemilik media Cek & Ricek
Artikel Terkait :