Salah satu tanda keagungan Allah dan kebesaran-Nya adalah kita tak mampu melihat-Nya. Sebab, kalau Allah bisa kita lihat, tentu Dia bukanlah Tuhan.
Sesuatu dapat dilihat dengan mata dan terjangkau oleh akal manusia berarti dapat dikuasai. Itu sama artinya bukan Allah yang menguasai manusia, tapi manusia yang menuasai Allah.
Firman-Nya,
“Allah memberi cahaya kepada langit dan bumi.” (An-Nur: 35)
Dari cahaya timbullah sinar. Sinat tak dapat kita lihat, tapi karena adanya sinar, manusia dapat melihat sesuatu yang ada di sekelilingnya dengan terang. Jadi, “tidak dapat dilihat” (gaib) adalah bukti kebenaran ketuhanan Allah.
Berikut ini kisah Nabi Musa a.s yang ketika ia ingin melihat Allah. Firman-Nya,
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu ynag telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat menlihat-Mu.’ Tuhan berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.’ Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada bukit itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar kembali dia berkata, ‘Mahasucu Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.” (Al-A’raaf: 143) []
Referensi: Anda Bertanya Islam Menjawab, Syeikh Mutawalli asy-Sya’rawi
Artikel Terkait :