
INSPIRADATA. Lebih dari 100 orang buddha yang dipimpin oleh seorang biksu ultra nasionalis, berkumpul di Yangon Tharkayta Township pada Jumat (28/4/2017). Mereka mendesak pihak berwenang untuk segera menutup dua sekolah agama Islam yang mereka klaim akan dijadikan sebuah mesjid. Setelah mengetahui kabar tersebut, Kepolisian lantas menutup dua sekolah itu dengan alasan agar kekerasan tidak terjadi di kota Yangon. Demikian disitat dari Republika, Ahad (30/4/2017).
“Dua sekolah ditutup untuk sementara waktu,” ujar seorang perwira senior di Kepolisian Yangon yang enggan disebutkan namanya pada Ahad (30/4/2017).
Ia menuturkan, keputusan tersebut diambil setelah pemerintah daerah berunding dengan pemimpin Muslim di Yangon. Mereka menutup sekolah tersebut tanpa proses peradilan, karena mereka hanya ingin konflik yang terjadi tidak terulang dan berlanjut.
Kepala salah satu madrasah yang ditutup, Tin Shwe menuturkan, daerah tersebut memang terdiri dari satu mesjid dan tiga madrasah. Semuanya telah mendapat izin resmi dari pemerintah. “Saya mengerti keputusan yang diambil oleh pihak otoritas, mengingat situasi sedang tidak baik,” ujar Tin.
Jika pihak berwenang tidak menutup sekolah tersebut, massa diyakini sudah siap menghancurkan dan membakar sekolah tersebut. Sebelumnya, gerakan anti Muslim sendiri telah terjadi usai kekerasan komunal pada tahun 2012 lalu. []
Artikel Terkait :