Surga adalah negeri balasan dan kenikmatan, bukan negeri taklif dan ujian. Pemahaman ini dilatari oleh hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lain-lain dari Abu Hurairah dari Rasulullah shalallahualihi wa sallam yang menggambarkan tentang rombongan pertama yang masuk surga.
Pada akhir hadis, beliau bersabda, “Mereka bertasbih kepada Allah siang dan malam.” (Shahîh Bukhari, Kitab Badal-Khalq, Bab Ma Ja
a fi Shifat al-Jannah, Fathul Bari, 6/318)
Jika Allah menghendaki, tidak ada masalah dalam hal ini karena ini bukan merupakan bagian dari taklif.
BACA JUGA: Doa Terakhir Para Penduduk Surga
Dalam menjelaskan hadis ini, Ibnu Hajar mengatakan, “Al-Qurthubi mengatakn, ‘Tasbih ini bukan termasuk taklif ataupun kewajiban’.”
Dalam pembicaraan yang diriwayatkannya dalam Shahih Muslim, Jabir menafsiri hadis ini dengan mengatakan, “Mereka diilhami untuk bertasbih dan bertakbir seperti mereka diilhami untuk bernafas.”
Aspek kesamaannya adalah bahwa bernapasnya manusia itu tanpa beban yang memberatkan baginya dan harus dilakukan.
Selanjutnya, napas mereka itu dijadikan sebagai tasbih.
Hal itu karena hati mereka telah tersinari oleh makrifat kepada Tuhan, penuh dengan cinta kepada-Nya.
Siapa yang mencintai sesuatu maka akan banyak menyebut sesuatu itu.” (Fathul Bari, 6/326)
Syaikhul Islam menegaskan bahwa tasbih dan takbir ini merupakan salah satu bentuk nikmat yang dirasakan oleh penduduk surga.
BACA JUGA: Kalimat Zikir yang Ringan di Mulut namun Berat di Timbangan Amal
Dia mengatakan, “Ini bukanlah amal taklif yang digunakan untuk mencari pahala yang terpisah, tetapi amal ini sendiri merupakan bagian dari nikmat yang dirasakan dan dinikmati oleh nafsu.” (Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam, 4/330)
Wallahu a’lam bishawab. []
Sumber: Surga dan Neraka, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar
Artikel Terkait :